Ketua MUI Klaten Ajak Warga Perkuat Kerukunan Inter dan antar umat Beragama

 DAERAH

LINTASSOLORAYANEWS.COM / KLATEN – Ketua Umum  Majelis Ulama Indonesia  ( MUI ) Kabupaten Klaten KH.  Hartoyo mengajak seluruh umat islam untuk memperkuat kerukunan internal  umat beragama,  sehingga persoalan gesekan antar penganut umat beragama dan internal  umat bergama  dapat dihindari.

Hal itu disampaikan KH. Hartoyo  saat memberikan sambutan pada acara Halal bi halal  dan Pamitan Calon Jamaah Haji keluarga  MUI Klaten  di Gedung  Al-Ikhlas  komplek Kantor  Kementerian Agama ( Kemenag  ) Kabupaten Klaten, Sabtu ( 18/5/2024 ).

Menurunnya  upaya merawat ukhuwah islamiyah itu dapat  dilakukan apabila setiap  pemuka agama yang ada di Kabupaten Klaten selalu berkoordinasi dan berkomunikasi.

“Kepada pengurus Ormas keagamaan Islam , saya berharap Kabupaten Klaten terjalin ukhuwah islamiyah supaya kerukunan internal umat beragama terjaga,” ujarnya.

Ditambahkan, kerukunan internal umat beragama harus dijaga terus. Hal itu penting dan perlu diperhatikan dengan  menjalin komunikasi dan koordinasi dengan pihak terkait.

Apabila ada informasi-informasi awal yang berpotensi memecah belah persatuan internal umat beragama, hendaknya segara di informasikan dan segera ditindak lanjuti.

“Saya berharap pertemuan dengan para pemuka agama pada giat tersebut bisa menjadi bahan literasi untuk disampaikan ke umat masing-masing. Bahwa kita hidup dalam satu  bangsa yang diperjuangkan secara bersama-sama dalam mencapai kemerdekaan dan sudah selayaknya kita jaga kemerdekaan dengan kerukunan, berbahagia dalam beragama,” terangnya.

Ketua FKUB Kabupaten Klaten KH.Syamsuddin Asyrofi dalam tausiyahnya pada kesempatan yang sama menyampaikan bahwa dalam menjalankan ibadah masing-masing agama pentingnya mengedepankan toleransi. Dia mencontohkan bagaimana Islam bisa berkembang pesat di Indonesia dan tetap rukun dikarenakan Islam di Indonesia disebarkan dengan cara damai.

“Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan budaya dan tradisi. Setiap umat beragama meskipun berbeda keyakinan bisa berjalan bersama-sama berdampingan dalam merawat kerukunan di masyarakat ” katanya.

Terkait penguatan kelembagaan internal umat islam  ditambahkan meskipun ada perbedaan  dengan ukhuwah islamiyah akan berjalan bersama- sama berdampingan dengan damai saat menjalani kehidupan di masyarakat.

“Menjaga persaudaraan atau menjaga ukhuwah adalah kewajiban setiap umat beragama, tidak terkecuali umat Islam.” katanya.

Menurut Syamsuddin  ada tiga jenis ukhuwah yang sering didengar, yakni ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah insaniyah.

Menurut Syamsuddin  trilogi ukhuwah ini adalah Memupuk dan memelihara ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah insaniyah.

“Ukhuwah Islamiyah 
merupakan  persaudaraan yang bersifat keislaman atau persaudaraan antarsesama pemeluk Islam. Sebagai umat muslim harus menerima setiap orang muslim yang lain  merupakan saudara tanpa membedakan latar belakang keturunan, kebangsaan, dan lain sebagainya, sehingga ukhuwah islamiyah merupakan tata hubungan antara sesama manusia yang berkaitan dengan keagamaan (keislaman).” pungkasnya.

Sedangkan ukhuwah Wathaniyah menurut  Syamsuddin  adalah
persaudaraan karena tanah air, tempat kelahiran, tanah tumpah darah, atau kampung halaman.

“Ukhuwah jenis ini berarti menganggap seseorang sebagai saudara sebangsa tanpa memandang agama dan suku” katanya.

Sementara ukhuwah wathaniyah memiliki arti persaudaraan sebangsa meski tidaklah satu keyakinan atau ras dan suku. Terkait ini, Allah juga memerintahkan untuk bisa menerima ketetapan-Nya.

“Kewajiban umat Muslim dalam menghargai kerabat lainnya, meski bukanlah datang dari keyakinan yang sama. Allah tetap memerintahkan hamba-Nya untuk bisa menanamkan sifat dan tali persaudaraan dengan siapa pun. Hal tersebut selain merupakan suatu keberkahan juga menjadi tantangan dalam berlomba-lomba melakukan kebajikan. Manifestasi ukhuwah wathoniyah sering dipraktikkan saat bersama menjaga keamanan, kebersihan, dan ketertiban di suatu pemukiman” katanya.

Majemuknya anggota suatu kelompok masyarakat tidak menjadi halangan untuk saling bekerja sama. Ada seorang sahabat saya yang nonmuslim, saat pelaksanaan Shalat Jumat, membuka parkiran halaman gerejanya untuk parkir jamaah yang Shalat Jumat. Dan saat acara-acara besar gereja pun, pengurus masjid di dekatnya tidak canggung untuk melakukan hal yang sama.

“Ukhuwah Insaniyah 
Persaudaraan yang cakupannya lebih luas, yaitu antar sesama umat manusia di seluruh dunia” pungkasnya. 

Penulis    :   Moch.Isnaeni
Editor.       :   Sarjana

Author: 

Related Posts

Leave a Reply